alkisah, disuatu zaman disebuah masa, tumbuhlah sebuah pohon mangga yang cukup rimbun lagi lebat buahnya. pohon itu jarang sekali didekati orang, karena mitos bodoh mengatakan bahwa pohon yang rimbun adalah tempat berkumpulnya setan. jadilah sang pohon kesepian. bertahun-tahun hidup tanpa seorang teman. meski buahnya sangat lebat.
suatu ketika datanglah sebuah keluarga ke desa tempat pohon itu berada. keluarga itu memiliki seorang anak lelaki yang cukup bandel. dia tak pernah peduli omongan orang tentang pohon mangga yang dianggap warga angker itu.
suatu hari di siang yang terik, bocah lelaki itu bermain dibawah pohon itu. melihat buahnya yang lebat, maka sang anak kecil itupun memanjatnya. menikmati buah-buah mangga yang telah masak.
"mmmm... manisnya mangga ini" seru sang anak
pohon mangga yang lagi tidur siang akhirnya terjaga oleh ulah anak kecil itu.
disapanya sang anak dengan hati berbunga-bunga. karena tak pernah ada orang yang mengajaknya bermain dan bercanda selama ini.
"hai bocah... namamu siapa?" kata sang mangga dengan suara agak serak..
sang bocah terkejut. setengah takut.
dia lihat sekitarnya. tak ada orang. dia pun beranikan diri menjawab:
"kamu siapa? kok tidak terlihat..?"
"aku pohon mangga yang sedang kau panjat.."
seketika itu sang anak terkaget-kaget. nyaris terlepas dari ranting yang dia pegang. beruntung pohon mangga segera meraih tangannya sehingga sang anak tak sampai terjatuh.
dari sinilah kisah persahabatan ini dimulai.
setiap hari bocah kecil itu bermain dengan pohon mangga. pohon mangga pun mulai tak kesepian lagi. hari-harinya ceria.
suatu ketika, sang bocah datang ke pohon mangga dengan wajah sedih. tak pernah pohon mangga melihat wajah sahabatnya sesedih itu..
"kamu kenapa murung seperti itu?" tanya mangga.
"aku sedih. aku ingin membeli mainan. tapi orang tuaku tak mempunyai uang..." jawab bocah itu.
"o begitu.. naiklah dan ambil buahku sebanyak-banyaknya. lalu jual ke pasar. maka kau akan puna uang untuk membeli mainan" sambung pohon mangga
anak kecil itu pun dengan bersemangat memanjat pohon mangga itu dan memetik buah mangga sebanyak-banyaknya. air mata pun berubah menjadi tawa.
melihat sahabatnya sumringah, hati pohon mangga pun ikut berbunga-bunga.
tetapi karena telah mendapatkan mainannya. anak kecil itu tak pernah lagi bermain ke pohon mangga.
setahun..
dua tahun...
tak terasa sang bocah kecil itu telah menjadi dewasa dan akhirnya menikah.
setelah menikah, barulah bocah itu kembali ke pohon mangga itu. lagi-lagi dengan wajah sedih.
"hai sahabat karibku, mengapa wajahmu bersedih gundah gulana?" tanya pohon mangga
"istriku ingin rumah, tapi aku tak punya cukup uang untuk membeli kayu" jawab sang bocah
"ambillah sebagian dahanku. jadikan kayu untuk membuatkan rumah bagi istrimu.." jawab pohon mangga tulus
bergegas bocah itu mangambil gergaji dan memotong dahan dahan yang cukup besar untuk dijadikan pintu dan kusen.
seperti biasa. setelah mendapat apa yang ia inginkan, bocah itu tak pernah lagi kembali.
setahun..
dua tahun...
bocah kecil itu kini mulai menjadi tua.
dia kembali ke pohon mangga itu dengan wajah sedih lagi..
"duhai sahabatku, lama kita tak bersua. kenapa kini kau datang lagi dengan wajah murung? ceritakanlah kepadaku.." sambut pohon mangga kepada sahabatnya yang telah menjadi tua itu.
"aku sudah tua dan lelah. aku ingin menikmati sisa umurku untuk berkeliling dunia. tapi aku tak memiliki perahu.." jawab bocah yang sekarang telah menua itu.
"ambillah batangku. itu cukup besar untuk kau jadikan perahu..." jawab sang pohon. lagi-lagi dengan tulus.
dan bocah itu pun bergegas mengambil gergaji untuk memotong tubuh sahabat karibnya itu.
dan seperti biasanya juga, ia menghilang lagi setelah mendapat apa yang dia inginkan.
setahun..
dua tahun...
hingga suatu senja yang hening, datanglah sahabatnya itu. dengan wajah yang seluruhnya keriput, dia datang lagi pada sahabatnya, pohon mangga.
seperti biasa, pohon itu menyapa dengan penuh ketulusan,
"sahabatku. kita sudah 60 tahun bersahabat. tapi kini aku sudah tak memiliki apa-apa lagi untuk kuberikan kepadamu. lihatlah aku yang kering dan layu ini.." kata pohon mangga sambil tersenyum.
"tidak sahabatku. aku tak akan memanjatmu lagi, karena aku sudah tidak mampu. atau memakan buahmu, karena aku tak lagi memiliki gigi. aku hanya ingin beristirahat. aku sudah lelah. izinkan aku tidur disini. disampingmu..." kata sang bocah.
dengan mata sembab, pohon itu berkata:"tidurlah diakar-akarku. akar pohon tua adalah tempat tebaik untuk beristirahat. tidurlah sahabatku. aku akan menjagamu..."
tapi sepertinya itu adalah percakapan terakhir kedua sahabat itu, karena ternyata sang bocah yang sudah tua itu tertidur sangat lelap dan tak pernah lagi terjaga. sang pohon mangga pun tak lama kemudian menutup mata, karena semua dahan dan rangtingnya telah diberikan pada sahabatnya. jadilah dua sahabat itu tak lagi terpisahkan. selamanya mereka bersatu.
tapi bukan di alam bumi. entah di alam apa akhirnya mereka dapat bersatu kembali dan bercanda lagi seperti sedia kala...
sekian.
"aku pohon mangga yang sedang kau panjat.."
seketika itu sang anak terkaget-kaget. nyaris terlepas dari ranting yang dia pegang. beruntung pohon mangga segera meraih tangannya sehingga sang anak tak sampai terjatuh.
dari sinilah kisah persahabatan ini dimulai.
setiap hari bocah kecil itu bermain dengan pohon mangga. pohon mangga pun mulai tak kesepian lagi. hari-harinya ceria.
suatu ketika, sang bocah datang ke pohon mangga dengan wajah sedih. tak pernah pohon mangga melihat wajah sahabatnya sesedih itu..
"kamu kenapa murung seperti itu?" tanya mangga.
"aku sedih. aku ingin membeli mainan. tapi orang tuaku tak mempunyai uang..." jawab bocah itu.
"o begitu.. naiklah dan ambil buahku sebanyak-banyaknya. lalu jual ke pasar. maka kau akan puna uang untuk membeli mainan" sambung pohon mangga
anak kecil itu pun dengan bersemangat memanjat pohon mangga itu dan memetik buah mangga sebanyak-banyaknya. air mata pun berubah menjadi tawa.
melihat sahabatnya sumringah, hati pohon mangga pun ikut berbunga-bunga.
tetapi karena telah mendapatkan mainannya. anak kecil itu tak pernah lagi bermain ke pohon mangga.
setahun..
dua tahun...
tak terasa sang bocah kecil itu telah menjadi dewasa dan akhirnya menikah.
setelah menikah, barulah bocah itu kembali ke pohon mangga itu. lagi-lagi dengan wajah sedih.
"hai sahabat karibku, mengapa wajahmu bersedih gundah gulana?" tanya pohon mangga
"istriku ingin rumah, tapi aku tak punya cukup uang untuk membeli kayu" jawab sang bocah
"ambillah sebagian dahanku. jadikan kayu untuk membuatkan rumah bagi istrimu.." jawab pohon mangga tulus
bergegas bocah itu mangambil gergaji dan memotong dahan dahan yang cukup besar untuk dijadikan pintu dan kusen.
seperti biasa. setelah mendapat apa yang ia inginkan, bocah itu tak pernah lagi kembali.
setahun..
dua tahun...
bocah kecil itu kini mulai menjadi tua.
dia kembali ke pohon mangga itu dengan wajah sedih lagi..
"duhai sahabatku, lama kita tak bersua. kenapa kini kau datang lagi dengan wajah murung? ceritakanlah kepadaku.." sambut pohon mangga kepada sahabatnya yang telah menjadi tua itu.
"aku sudah tua dan lelah. aku ingin menikmati sisa umurku untuk berkeliling dunia. tapi aku tak memiliki perahu.." jawab bocah yang sekarang telah menua itu.
"ambillah batangku. itu cukup besar untuk kau jadikan perahu..." jawab sang pohon. lagi-lagi dengan tulus.
dan bocah itu pun bergegas mengambil gergaji untuk memotong tubuh sahabat karibnya itu.
dan seperti biasanya juga, ia menghilang lagi setelah mendapat apa yang dia inginkan.
setahun..
dua tahun...
hingga suatu senja yang hening, datanglah sahabatnya itu. dengan wajah yang seluruhnya keriput, dia datang lagi pada sahabatnya, pohon mangga.
seperti biasa, pohon itu menyapa dengan penuh ketulusan,
"sahabatku. kita sudah 60 tahun bersahabat. tapi kini aku sudah tak memiliki apa-apa lagi untuk kuberikan kepadamu. lihatlah aku yang kering dan layu ini.." kata pohon mangga sambil tersenyum.
"tidak sahabatku. aku tak akan memanjatmu lagi, karena aku sudah tidak mampu. atau memakan buahmu, karena aku tak lagi memiliki gigi. aku hanya ingin beristirahat. aku sudah lelah. izinkan aku tidur disini. disampingmu..." kata sang bocah.
dengan mata sembab, pohon itu berkata:"tidurlah diakar-akarku. akar pohon tua adalah tempat tebaik untuk beristirahat. tidurlah sahabatku. aku akan menjagamu..."
tapi sepertinya itu adalah percakapan terakhir kedua sahabat itu, karena ternyata sang bocah yang sudah tua itu tertidur sangat lelap dan tak pernah lagi terjaga. sang pohon mangga pun tak lama kemudian menutup mata, karena semua dahan dan rangtingnya telah diberikan pada sahabatnya. jadilah dua sahabat itu tak lagi terpisahkan. selamanya mereka bersatu.
tapi bukan di alam bumi. entah di alam apa akhirnya mereka dapat bersatu kembali dan bercanda lagi seperti sedia kala...
sekian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar