Sabtu, 28 Januari 2012

Aji dan Nasya (Jilid II)

hari ini Aji memasuki babak baru dalam kehidupannya. ia masuk SMA. tak seperti siswa lain yang memasuki tahap pendaftaran sekolah dengan penuh semangat, Aji memulainya dengan langkah tak lazim. ia mendaftar sekolah di luar kota. entah apa maksudnya. semenjak kematian Nasya, ia berubah menjadi pemurung. hari-harinya ia habiskan untuk membaca didalam kamar. seolah ia menemukan dunianya sendiri saat membaca buku. orang tuanya sempat khawatir dengan keadaannya. namun mereka tak dapat melakukan apa-apa atas diri anak bungsunya itu. seolah Aji ingin berlari dari bayangan Nasya. tapi uniknya, foto Nasya masih terpampang dalam bingkai mungil di sudut meja belajarnya.


pagi itu Aji datang ke kota sebelah untuk mendaftar sekolah. ia tak diantar orang tuanya, sebagaimana yang ia harapkan. ia ingin lakukan sendiri segala yang ia butuhkan. mulai memilih sekolah hingga tempat ia tinggal. ia kendarai motor yang baru orang tuanya belikan sebagai hadiah ulang tahun. ia kelilingi kota itu dengan teliti. ini adalah kali pertama ia injakkan kaki di bumi orang sebagai perantauan.


hingga akhirnya Aji putuskan untuk bersekolah di SMA Negeri 1 di kota itu..


ia lengkapi semua berkas untuk pendaftaran.


setelah selesai, ia tinggal menunggu pengumuman. dan kemudian pulang kerumah, karena jarak antara kota tempatnya mencari ilmu dan rumahnya tak begitu jauh. hanya dibutuhkan waktu sekitar 1 jam.


"gimana, Ji pendaftaran sekolahmu? sudah dapat?" suara perempuan setengah baya memecah keheningan kamar Aji.


"sudah, Ma. Aji daftar di SMA 1.." jawab Aji singkat


"syukurlah kalo begitu. kapan pengumumannya..?" lanjut sang ibu


"dua minggu lagi, Ma.."kata Aji sambil membolak balik majalah


sejurus kemudian ibunda Aji duduk disamping ranjang sambil membelai rambut anak bungsunya itu. memandanginya dengan penuh cinta, seolah ia tahu kondisi bathin anaknya itu. ia sadari kemauannya seperti itu karena sedih ditinggal mati Nasya, cinta pertamanya.


"turun yuk, Papa udah nunggu tuh. katanya mau ngajak kita makan malam diluar. tuh mbak Rima baru aja pulang dari kampus.." ucap ibunda Aji memecah keheningan


"mbak Rima datang, Ma? kapan? jawab Aji sembari meletakkan majalah disampingnya


"barusan aja. yuk turun.." ujar Mama sambil tersenyum


"iya Ma.. Aji gantti baju dulu ya, Ma" ucap Aji bersemangat


Rima adalah kakak kedua Aji. dia adalah satu-satunya orang yang mampu membangkitkan semangat Aji yang hilang semenjak kematian Nasya.


"mbak...." teriak Aji dari atas tangga


Rima yang mendengar suara adiknya itu langsung membuka tangan tanda ingin memeluk.


"mbak dengar kamu mendaftar di SMA satu ya..? wah hebat..." ujar Rima pada adiknya


"berarti mbak harus jauh dong kalau mau ketemu Aji...hehehehe" canda sang kakak yang cantik jelita itu


"iya mbak, Aji daftar disana. mudah-mudahan aja bisa masuk" jawab Aji yang masih memeluk kakaknya


"pasti bisa doong.. Aji kan hebat. mbak percaya Aji pasti masuk.." lanjut sang kakak


"yuk berangkat.." kata papa yang disambut senyum dua anaknya yang lagi kangen-kangenan


dan mereka pun memasuki mobil dan berangkat menuju restoran keluarga.




+




hari yang ditunggu pun datang.


hari ini adalah pengumuman penerimaan sekolah Aji. seluruh anggota keluarga tegang menunggu hasil.




kriiiiingggg.......




telepon rumah berdering keras. Rima bergegas mengangkat telepon itu. lalu sejurus kemudian menghampiri seluruh keluarga yang sedari tadi kumpul diruang tengah menunggu kabar dari Aji.


"alhamdulillah Pa, Ma... adik masuk" ucap Rima


"alhamdulillah......" ucap semua orang yang berada diruangan itu.


"adik sekarang dalam perjalanan pulang" lanjut Rima


"ya udah kamu bantu menata baju-baju adikmu. nanti malam kita berangkat untuk mengantar adikmu.." jawab Mama




++




pagi itu gerimis mengiringi masa pengenalan sekolah. Aji datang lebih awal dengan segala atribut yang menggelikan. ia berharap disekolah itu dapat lepas dari bayang-bayang kematian Nasya. ia ingin memulai sebuah hidup baru.


"hai..." sebuah tangan terjulur dihadapan Aji


"aku Santi..." suara itu menyunggingkan senyum mengenalkan diri


"Aji.." jawab Aji membalas uluran tangan itu dan memberikan senyuman juga.


"kamu dari SMP mana..?" lanjut Santi


"aku bukan dari sini. aku dari SMP bintang. kamu? timpal Aji


"wah, perantau dong..hahaha" tawa Santi renyah


"aku dari SMP satu sini. tinggal dimana?" lanjut Santi


"sementara di Pejaten. tapi ngga tahu lagi, soalnya disana terlalu berisik. aku sepertinya ngga betah disana" jawab Aji


"nanti siang aku bantu deh cari tempat kost yang enak. kebetulan aku tahu beberapa, siapa tahu kamu ada yang suka..." ucap Santi


"oke deh.." jawab Aji


lalu kedua siswa baru itu bergegas menuju kelas untuk menerima materi pengenalan sekolah dari OSIS.




+++




udara yang mendung mengiringi Aji dan Santi yang sedari tadi muter-muter mencari tempat kosnya yang baru. hingga pada satu tempat yang Aji rasa pas dengan keinginannya.


"San..makasih ya udah anter aku cari kost" kata Aji


"sama-sama... ngomong-ngomong perutku lapar nih. makan yuk" pinta Santi


"duh iya, maaf ya San. aku lupa ajak kamu makan..." ujar Aji sambil menepuk jidat tanda lupa


"ya udah yuk. tapi aku ngga tahu tempat makan yang enak.." lanjut Aji


"aku ada tempat enak buat makan.. ayo jalan" kata Santi menarik lengan Aji.


sesampainya ditempat makan itu, mereka mengambil tempat di sudut utara dimeja no 3. tempat makan lesehan itu cukup asri dengan suara gemericik air dari kolam ikan. mereka pun mulai mengobrol mengenai banyak hal. cukup akrab. seolah mereka telah saling kenal lama


obrolan Aji dan Santi terhenti oleh sebuah lagu yang muncul dari handphone Santi.


"iya sayang. ini aku lagi makan siang sama teman. bentar lagi aku pulang kok.." suara Santi menjawab orang ditelphone itu




"pacarku telphone..." kata Santi pada Aji


"hah...pacarmu ngga marah kamu jalan sama aku? tanya Aji


"santai aja. ntar aku kenalin ke kamu ya. dia orangnya sabar kok.." jawab Santi


"ok. tapi bener ya dia nggak marah, nggak enak aku jadinya.." sambung Aji


"iya Ajiiii..... udah yuk makan.." jawab Santi sambil melahap hidangan di depannya




sejurus kemudian Aji hendak membayar makanan. tiba-tiba saja matanya tertegun pada satu sosok perempuan yang menyapa Santi.




"Santi...."






suara itu........ bisik hati Aji




"hai.. darimana kamu? kata Santi


"ini baru belanja buat keperluan besok" kata teman Santi


"sama siapa kamu..? lanjut teman Santi


"oh iya, kenalin.. ini teman kita satu sekolah lho.." kata Santi


"Indah....." teman Santi menyodorkan tangan


Aji masih tertegun melihat sosok perempuan itu..


"woy...kayak lihat hantu aja.." kata Santi sambil menepuk Aji


"eh..sorry.. aku Aji, hehehehe" jawab Aji sambil menyambut tangan Indah


"udah jangan lama-lama jabat tangannya..." canda Santi






dalam perjalanan pulang ke tempat kostnya, Aji masih terheran-heran dengan sosok teman Santi tadi.. sepanjang perjalanan mengantar Santi ia hanya diam. pikirannya masih terpaku pada senyuman dan sorot mata perempuan itu.




++++




Aji merapihkan tempat kost barunya. semua barang dan baju ia keluarkan. ia dibantu Santi.


"ini siapa Ji..?" ucap Santi menunjukkan sebingkai foto.


"eh.....itu....." jawab Aji tergagap gagap


"nanti aku ceritakan, San..." jawab Aji




tak lama berselang, Aji mengajak Santi ke teras dan mengobrol.


"itu tadi siapa...? tanya Santi menelisik


"itu pacar pertamaku, San... namanya Nasya" jawab Aji


"tapi ia sudah meninggal..." lanjut Aji


"hah....?!!" jawab Santi terkejut


"tapi wajahnya........." lanjut Santi


"iya... aku sendiri tak tahu... aku sekolah kesini karena ingin melupakan Nasya, San" jawab Aji seolah mengerti maksud Santi


wajah Indah sangat mirip dengan Nasya. mirip sekali. hanya saja Indah orangnya sangat feminin, sementara Nasya tomboy......


"aku shock saat kamu kenalin aku pada Indah..." kata Aji


"sangat mirip, San..." lanjut Aji


Santi masih tertegun heran dengan penjelasan Aji.


"ya Tuhan... Aji...." Santi tak sanggup melanjutkan kata-katanya


"tolong kisah ini jangan sampai keluar. hanya kamu yang tahu ini. anggap aku tak pernah cerita tentang ini.." kata Aji sambil menatap Santi dalam-dalam




+++++




siang itu Aji memberanikan diri masuk ke kelas Indah. dengan segenap keberanian yang ia miliki, ia ajak gadis itu untuk makan siang di kantin sekolah. tapi reaksi yang didapat Aji sungguh diluar dugaan.


"kamu ngga lihat aku lagi sibuk..?" ketus Indah


"oh maaf..." jawab Aji


Aji pun berlalu.


"dia bukan Nasya. Nasya ngga sejahat itu..." bisik hati Aji


"Tuhan.... apa arti semua ini....." bisik hati Aji lagi


tiba-tiba sebuah tangan menepuk punggung Aji.


"maafin aku tadi ya.... aku ngga bermaksud kasar, tapi aku lagi banyak tugas" suara itu menjelaskan


"iya, ngga papa kok..." jawab Aji


perempuan tadi adalah Indah. sejak itu mereka berteman dekat. tapi bukan pacaran. Aji menutup erat kisah tentang Nasya dihadapan Indah. meskipun Aji perlahan mulai mencintai Indah, namun semua ia tutup sedemikian rapat, karena ia tak ingin Indah merasa bahwa rasa cintanya itu karena faktor kemiripan Indah dan Nasya.


hari berganti bulan. Aji merasa tak sanggup berada disekolah tersebut. setiap hari bayang-bayang Nasya mengikutinya lewat sosok Indah.


sementara Aji tak sanggup mengucapkan rasa cintanya karena alasan tidak ingin menyamakan Indah dengan Nasya, demikian juga Indah yang tak pernah memiliki kejelasan sikap meski ia tahu Aji memiliki rasa untuknya. Indah masih memegang prinsip bahwa pria lah yang harus memulai.


perbedaan-perbedaan itu yang membuat mereka tak pernah bersatu dalam ikatan cinta.


hingga akhirnya, Aji memutuskan untuk pulang dan bersekolah di kotanya.


++++++


5 tahun kemudian Aji kembali ke kota Indah. ia bermaksud mencari Indah. dengan berbekal informasi yang ia dapatkan dari Santi, ia bergerak menuju Pejaten.


hampir 3 jam ia berputar-putar.


akhirnya ia temukan rumah Indah..


rumahnya mungil dengan warung makan milik ibunya tepat didepan rumahnya.


setelah memarkir mobil miliknya, ia masuk warung tersebut.


"maaf Ibu, apa benar disini rumah Indah..?" tanya Aji


"oh benar, Nak..." jawab wanita paruh baya itu


"nduukkk, ada temanmu...." wanita itu memanggil anaknya


"siapa buk....? tanya Indah dari dalam rumah


"silahkan masuk, Nak.." kata wanita itu ramah


"iya bu, terima kasih.." Aji melangkah memasuki rumah Indah


setelah duduk diruang tamu, Aji melihat sekitar ruangan rumah Indah. disamping kiri ruang tamu terpampang sebuah nama. dari situ Aji tahu pemilik kamar itu.


"Aji....!! apa kabar..?" Indah menyapa dengan senyum khasnya


"baik, Ndah..." jawab Aji


"kamu sendiri gimana kabarnya..? lanjut Aji.


"baik... lama ya kita nggak ketemu. kamu tahu alamatku dari siapa? tanya Indah


"dari Santi.." jawab Aji




mereka pun berbincang tentang masa sewaktu SMA. juga berbincang soal kehidupan masing-masing. hampir setiap akhir pekan mereka bertemu untuk berbincang. atau sekedar keluar untuk menonton pertandingan bola basket.


tapi tetap saja, tak ada cinta bicara.....


Aji masih pasif dan menunggu Indah menyatakan perasaannya. demikian juga Indah, berharap Aji lah yang memulainya karena Aji adalah pria, sudah seharusnya yang menyatakan perasaannya..


sedemikian besar perasaan kedua sejoli itu. tapi tertutup oleh ego masing-masing...


hingga suatu ketika........


Aji dijodohkan dengan anak teman mamanya. bahkan tanggal pernikahan pun telah ditentukan.


Aji Shock....


Aji masih berharap Indahlah yang mendampinginya..... tapi Aji tak dapat berbuat apa-apa..... Indah tak pernah dengan jelas menyatakan perasaannya, sehingga Aji tak memiliki alasan kuat untuk menolak perjodohan itu.




suatu sore yang gerimis, Aji nekat menuju Pejaten menuju rumah Indah...
tapi sosok yang ia cari tidak ada. menurut penuturan ibu Indah, anaknya masih keluar.


Aji bermaksud untuk mencari kejelasan perasaan Indah..


disaat dalam perjalanan, tanpa sepengetahuan Aji, Indah menelepon ke rumah Aji. hal yang sama di dapat Indah. Aji tidak ada dirumah, karena Aji masih dalam perjalanan kerumah Indah.


Aji pulang dengan tangan hampa.


Indah yang ia harapkan menjadi alasan yang kuat untuk menolak perjodohan ini, justru menghilang. Aji terdiam dalam kekecewaannya. ia ingin marah. karena menurutnya, Indahlah yang dapat membahagiakannya.




jodoh ada di tangan Tuhan.




sehebat apapun manusia memiliki rencana, Tuhanlah yang menentukan hasil akhirnya.




Aji pun akhirnya menuruti acara perjodohannya. ia jalani hari-harinya dengan wanita yang telah dipilihkan oleh orang tuanya..


sejak saat itu, Aji tak pernah bertemu dengan Indah. dirumah tak pernah ada, hanphone Indah pun tak pernah aktif.


ia terima takdir ini apa adanya.


"berikan aku kekuatan untuk menjalani hidupku ini, Tuhan.... aku percaya, Kau telah pilihkan untukku yang terbaik... pintaku, berilah ia yang terbaik untuk hidupnya"


doa Aji di suatu malam yang sunyi tak berbintang.




air matanya seolah telah mengering.




dan Aji pun menutup doanya itu dengan sebuah ucapan yang tulus......


"jaga dia untukku, Tuhan...."














sekian









Tidak ada komentar:

Posting Komentar