Sabtu, 11 Februari 2012

Jalan Berputar...... (bagian I)



sudah seminggu ini Nia terlihat murung. matanya sembab. semua terasa hampa baginya kini. memang semua yang ia lakukan tak pernah benar dimata setiap orang. tak akan ada pembenaran atas apa yang ia perbuat. dogma-dogma telah mengurungnya dengan keras. setiap mata melihatnya dari sisi luar, hingga realita dirinya terabaikan. karena kejadian itu, semua orang memicingkan mata padanya.

semua yang terjadi pada 7 hari yang lalu sejatinya bermula dari kejadian 6 tahun silam.

kala itu Nia adalah mahasiswi yang cantik jelita. Nia adalah sesosok wanita yang sangat percaya diri. dia juga berasal dari keluarga yang berada. ayahnya adalah direktur utama sebuah mall di Selatan Jakarta. Nia selalu hadir dengan segala keceriaan, keusilan dan kenakalannya. semua wajar. karena usianya masih belia, 18 tahun. maka kenakalan kecil semacam itu, makin menambah daya tariknya dimata kumbang kampus. terlebih Nia adalah mahasiswi yang cerdas. meski sedikit malas.

tiap kali ia berjalan kaki atau sekedar sedang bercanda di kantin dengan sesama mahasiswi, mata para mahasiswa tak pernah luput dari sosoknya. ada yang terpaku, ada yang bersiul nakal atau paling tidak melirik pada sosoknya, tapi ada juga yang nekat mengajak Nia kenalan. Nia selalu ramah pada semua orang. mulai dari tukang kebun hingga dekan fakultasnya, pasti mendapatkan senyum manis Nia saat berjumpa dengannya.

tak jarang mahasiswa yang dekat dengan Nia, merasa GR bila berada didekatnya. mahasiswa-mahasiswa itu salah mengartikan keramahan Nia sebagai sebuah perasaan khusus. seringkali mahasiswa itu patah hati saat menyatakan perasaannya pada Nia. tak satupun Nia terima, hanya teman saja.

perhatian publik dan dewi fortuna yang senantiasa menyelimuti Nia selalu membuat iri mahasiswi yang lain. mereka ada yang meniru gayanya sampai ada yang sinis dan mencapnya sebagai playgirl. tapi Nia adalah Nia. semua omongan miring dan tak benar itu ia hadapi dengan senyum manisnya yang selalu mengembang.

tapi sepertinya cerah mentari di hidup Nia mulai berganti gelapnya awan mendung. kelabu mulai menyelimuti hari-harinya. cuaca buruk itu ditiupkan oleh sang mama yang menghendaki Nia bertunangan dengan Tommy, anak relasinya. tujuannya satu, menggabungkan dua raksasa agar menjadi gurita bisnis di level nasional. Nia tidak siap untuk itu. ia masih ingin menikmati riuhnya masa muda.

ia berontak. ia lari dari rumah.

ia pergi sejauh mungkin, hingga papa dan mamanya tak dapat lagi melacak keberadaannya.

ia sadar konsekwensi dan kemungkinan terburuk yang akan ia dapatkan ketika memutuskan untuk melarikan diri dari rumah, atm dan kartu kredit miliknya akan diblokir oleh orang tuanya. maka sebelum ia terjadi, ia menarik uang sebanyak-banyaknya untuk memulai hidup. entah hidup seperti apa, ia pun tak tahu. yang pasti ia hanya ingin bebas menentukan hidup.

ia langkahkan kaki menuju Kediri, Jawa timur. setibanya di bandara Juanda, Surabaya, ia langsung naik kendaraan umum menuju Kediri. tak satupun orang ia kenal disana. tapi dengan tekad penuh, ia tetap berjalan meski dengan rasa takut yang sedikit membuncah di hatinya.

setibanya di terminal bus Kota Kediri, ia bergegas naik angkutan umum, yang bahkan ia sendiri tak tahu kemana tujuan akhir mobil warna merah hati itu.

sampai pada satu titik yang sangat rindang di tepian bantaran sungai, ada sebuah losmen kecil. Nia berhenti disana. ia masuki halaman losmen itu dengan wajah lusuh dan lelah. tapi ia tetap tersenyum, seolah tak ada beban besar yang sedang dia pikul. Nia memesan kamar paling sederhana untuk 3 hari. lalu ia masuki kamar itu, berebah. Nia pun terlelap nyenyak dalam keletihan lahir dan batin.

suara adzan maghrib mulai merayap pelan dari surau-surau. perlahan panggilan Tuhan itu menyentuh daun telinga Nia dan menariknya ke dunia nyata.

dengan agak tak sadar, ia terkejut tentang keberadaannya. ia lupa kalau ia sedang berada dalam pelarian. ketika kesadarannya mulai kembali, segera ia raih peralatan mandi dari travel bag miliknya. ia pun membasahi seluruh tubuhnya dengan air hangat yang keluar dari ujung shower. ia nikmati setetes demi setetes keletihan yang mulai luntur terhanyut air bersama dengan segala beban hatinya.

sejurus kemudian Nia balut badannya dengan t-shirt dan celana jeans. ia keluar untuk melihat keramahan kota ini. ia selusuri jengkal demi jengkal jalanan yang tak begitu ramai itu. sungguh berbeda dengan Jakarta yang tak pernah lepas dari kemacetan. ia temukan kedamaian di Kota ini. meski jauh dari pusat perbelanjaan dan tak ada mall, tapi suara orang-orang yang mengaji dari surau-surau kecil telah mampu membantunya tenang.

Nia tahu, tak mungkin selamanya berada di losmen. ia butuh tempat tinggal yang tetap. maka dengan uang yang ia punya, ia bermaksud membeli rumah kecil dan memulai sebuah usaha.

Nia pun mulai berusaha mencari. ia minta kepada office boy di losmen itu untuk mencarikannya sebuah rumah. Nia ingin rumah kecil di tepian kota agar tak terlalu bising tapi juga tak jauh dari pusat kota agar mudah dalam memulai usaha yang bahkan belum ia miliki konsepnya seperti apa.

akhirnya, informasi mengenai rumah yang ia impikan pun dia dapat. setelah bernegosiasi dengan pemilik lama, akhirnya dicapailah kata sepakat.

Nia tempati rumah mungil itu dengan damai.

meski usianya masih belia, tapi Nia tak surut niat untuk mengarungi kehidupan baru.

uang tabungannya masih cukup untuk memulai usaha. maka ia mulai berpikir keras untuk itu. ia tidak ingin menyerah oleh permintaan perut dan pulang mengibarkan bendera putih untuk kembali ke rencana pertunangan yang digagas oleh sang mama.


"tidak.. itu tidak boleh dan tidak akan pernah terjadi.."

begitu bunyi sumpahnya kala terjaga dari lamunan.

**

pagi yang cerah mulai menyapa "kota tahu" itu. kumpulan semangat mulai membantu Nia untuk tersenyum menghangatkan hari. ia bergegas melangkahkan kaki mengitari kota. perlahan ia cari inspirasi untuk memulai sebuah usaha. Nia lihat satu-persatu lalu lalang kendaraan. ia perhatikan lamat-lamat, apa yang bisa ia jadikan usaha. hingga tengah hari belum juga ia temukan inspirasi itu. semua usaha hanya berputar pada tahu, tahu dan tahu. Nia ingin sesuatu yang baru. Nia tidak suka mengekor. tapi karena disana Tahu adalah komoditas utama, maka Nia pun tak berkutik. tapi Nia tak mau hanya sekedar membuka gerai dan menunggu pelanggan datang. Nia mau yang lebih menghasilkan dan menjanjikan. tapi modal yang ia miliki tak cukup untuk memulai usaha yang besar. jangankan untuk membuka sebuah gerai, untuk membeli perabotan usaha serupa saja ia tak mampu.

saat melahap makan siangnya disebuah warung makan, tiba-tiba saja ia mendapat inspirasi.

ia coba menerapkan wawasan yang ia peroleh saat masih kuliah dijurusan manajemen. Nia bisa mengoperasikan komputer dan pandai merancang web. hal itulah yang kemudian ia jadikan dasar untuk memulai usaha barunya. Nia memutuskan untuk terjun ke dunia jasa. Nia akan geluti dunia E-Commerce 


jalan menuju cita-cita itu ia rintis. ia kumpulkan satu demi satu informasi mengenai produk yang akan Nia pasarkan. Nia cari koneksi ke berbagai pihak melalui orang-orang yang juga baru ia kenal. tekadnyalah yang membuat Nia bertahan melalui kerasnya hari.

hingga akhirnya segala sesuatunya telah siap, web yang telah ia rancang pun diluncurkan.

boom........

usahanya melesat. produk tahu kuning yang Nia pasarkan ternyata memiliki banyak peminat. pesanan dari dalam dan luar negeri membanjiri buku order Nia. dalam sekejap usaha itu mulai menghasilkan kristal keringat. pundi-pundi rupiah pun mulai deras mengisi deretan angka dalam rekeningnya.

Nia puas melihat capaian bisnisnya. Nia pun merasa dapat hidup mandiri. Nia mulai terhanyut dalam ritme dunia perdagangan.


***


udara Jakarta masih pengab dan panas. keringat mengering dan keluar secara bersamaan membuat badan wanita paruh baya itu serasa lengket.

sudah 2 tahun ini dia selusuri jalanan ibukota seorang diri untuk mencari sesosok perempuan berusia 20 tahun yang menghilang tepat pada hari pertunangan. dia merasa bersalah dan tak dapat memaafkan dirinya yang terlalu keras dan selalu memaksakan kemauan pada setiap orang dirumah. egois.

semua daya dan upaya ia lakukan untuk mencari sang putri. mulai dari laporan kepolisian hingga menyewa detektif bayaran. tapi hasilnya nihil.

hanya rasa berdosa yang membuatnya pantang menyerah untuk terus mencari dan mencari putrinya itu.

dari balik mobil mewah yang ia kendarai matanya nanar melihat tiap lekuk jalan. sekali waktu ia turun untuk bertanya pada orang disebuah perkampungan sambil menunjukkan sebuah foto.

ya.... wanita itu adalah Lia, mamanya Nia.

ia coba berkali-kali menghubungi nomor handphone putri tercintanya itu. tapi hanya mailbox yang ia dapati.


****


rinai gerimis membasahi jalanan Kota Kediri. sore itu Nia baru saja selesai memimpin rapat dengan jajaran stafnya. Nia sempatkan membuka email disebuah sudut kafe tempatnya menikmati secangkir cokelat hangat. seperti biasa, ratusan email untuk mengorder makanan khas yang ia jual. satu persatu ia balas email beserta jadwal pengiriman dan tata cara pembayaran.

ada sebuah email yang kemudian membuatnya menggerakkan hatinya untuk mencari tahu tentang pemilik akun tersebut.

namanya cukup bagus.. Randy. dia berasal dari Jakarta. rupanya Nia tergerak untuk merambah Jakarta sebagai gudang pengiriman. kebetulan, Randy menawarkan sebentuk kerjasama.

setelah melalui beberapa tahap pembicaraan melalui email, Randy bermaksud untuk mengajak Nia bertemu.

tapi kesibukan Nia memaksanya untuk mengirim 2 orang staf untuk bernegosiasi dengan Randy.


*****


suara dering telephone menggema disudut-sudut kantor. makin kental terasa kesibukan diruang yang dulunya rumah mungil itu. lalu lalang orang kesana-kemari. disebuah ruang disebuah pojokan terlihat seorang wanita yang masih muda dan anggun sedang sibuk menandatangai berkas.

Randy yang tertegun menyaksikan wanita itu dikejutkan suara perempuan lain yang ternyata sekretaris Nia yang mempersilahkannya duduk.

tak lama kemudian Nia datang dengan senyum khasnya yang selalu mengembang diantara lesung pipit dikedua pipinya.

Randy makin terkesima saat mendengar suara lembut yang mengulurkan tangan sambil mengenalkan diri.

"Nia.."

begitu wanita itu memulai perbincangan.

Randy dibuat nyaris tak berkedip menyaksikan sosok yang benar-benar anggun itu.

terlebih gemulai tata bicaranya menunjukkan kesantunan pribadinya. ditambah lagi kisah suksesnya merakit bisnis semakin meyakinkan Randy bahwa wanita ini berkelas.

Nia pun demikian. dia terkesan dengan presentasi bisnis yang ditawarkan oleh Randy. pria yang berwibawa meski usianya masih muda.

jedua insan ini saling tertarik dan perlahan mulai memiliki perasaan yang aneh.

Nia seperti merasa ingin untuk segera bertemu Randy meski tak ada agenda pertemuan. Nia pun malu-malu untuk memulai percakapan melalui telephon. kesalahan terbesarnya adalah membiarkan Randy menjelaskan detail kerjasama secara menyeluruh, sehingga membuatnya tak memiliki celah untuk sekedar bertanya dikemudian hari yang dapat Nia jadikan alasan untuk memulai percakapan.

rasa ini mungkin cinta.

Nia mulai berpikir seperti itu.

seringkali Nia tersenyum sendiri dan melamun saat mengingat sosok Randy. Nia seperti terhipnotis oleh aura Randy yang sangat menawan itu.

******

bandara Soekarno-Hatta menjadi saksi kedatangan Nia ke tanah Jakarta untuk pertama kalinya sejak pelariannya 3 tahun silam. kesombongan masih menyengat terasa dibalik kacamata hitam setiap orang yang berlalu lalang. Jakarta seperti belantara bagi Nia setelah 3 tahun tak lagi berdiam disana.

tak lama kemudian Randy datang dengan mengendarai mobil sport warna hitam.

senyum manis Nia pun mengembang. rindunya mulai menemukan obat. hatinya berdesir. darah serasa mengalir deras dalam tubuhnya. jantungnya pun berdegup kian kencang.

Randy dengan lugas mempersilahkan wanita relasi bisnis yang mulai mengisi hatinya itu untuk memasuki mobilnya. aroma harum bunga menyeruak saat pintu mobil terbuka. juga hawa dingin AC menyentuh kulit Nia yang perlahan mulai berkeringat.

didalam mobil mereka bercakap dengan hangat. berbagai perbincangan mereka luncurkan. seolah tak ada habisnya. mereka berbincang akrab tanpa sadar waktu yang kian cepat berjalan.

tersadar telah larut malam, Nia pun seolah terjaga, penerbangan menuju Surabaya telah habis 1 jam yang lalu. terpaksa ia mencarh hotel untuk menginap malam ini. Randy dengan gentleman menemani Nia mencarikan penginapan. tak sulit mencari penginapan di Ibukota. semua ada dan tersedia. dari kelas melati hingga bintang lima. setelah dapat, Nia pun bersiap beristirahat. dan Randy pamit untuk pulang.


******


Pagi-pagi buta, Randy telah tiba di pintu kamar hotel. Nia masih terbalut piyama. setelah mempersilahkan Randy masuk, Nia menuju kamar mandi untuk kemudian bersiap pulang ke Kediri. Randy duduk di balkon hotel. menikmati udara Jakarta beserta lalu lalang kendaraan yang seolah tak pernah mati.

Nia datang dari belakang punggung dan menepuk Randy.

Randy pun terjaga dari lamunannya. matanya terkesima menyaksikan wanita 21 tahun itu dalam balutan blazer yang mempesona. tak tampak sama sekali raut manja dari wanita yang kebanyakan seusianya masih berkutat dalam trend majalah dan foya-foya. Nia tampak dewasa. sempurna di mata Randy.

"aku sudah siap.."

begitu ucap Nia sembari tersenyum manis pada Randy.

pemuda itupun bergegas mengantar Nia ke bandara.

mentari belum sepenuhnya terjaga. pun rasa rindu diantara keduanya belumlah sembuh sempurna. tapi waktu tak pernah perduli dengan itu. waktu tetaplah sebuah rezim paling kejam yang pernah Tuhan ciptakan untuk manusia.

dengan segala beban cinta dan berat rindu yang masih menggelayut, Nia berpamitan pada Randy. tapi setidaknya dia telah lepaskan sedikit waktu untuk sebuah momentum berharga. bertemunya dua hati yang masih malu-malu untuk jujur pada sebuah rasa.

******

gemericik air diruangan mungil itu mengurangi kepenatan yang menggantung di langit-langit mimpi Nia. ikan-ikan yang sedang bercanda dalam aquarium seolah mentertawai Nia yang hingga sekarang belum memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaannya pada Randy. ia hanya menunggu dan menunggu Randy yang sepertinya belum sepenuhnya yakin pada perasaan Nia. tapi Nia mengerti. tak mudah bagi Randy yang baru saja tersakiti karena kepergian tunangannya bersama pria lain. tak mudah bagi siapapun untuk menerima kenyataan sepahit itu. sama sepertinya yang tiba-tiba ditunangkan dengan orang yang sama sekali tak ia tahu sebelumnya.

kadang muncul perasaan ingin memulainya. tapi selalu saja lidahnya kelu oleh norma. semaju apapun zaman saat ini tak akan pernah dapat merubah kodrat wanita. wanita hanya untuk dipinang dan berkesempatan untuk menolak pinangan. itu yang ada di benak Nia.

lamunan demi lamunan terus saja mendera pikiran Nia. disela-sela kesibukannya menjalankan perusahaan, Nia membuka lagi pesan singkat dari Randy. melihat lihat fotonya dalam akun sosial network.

sejenak kemudian mms dari Randy masuk. dibuka dengan sumringah oleh Nia. sebuah foto mawar muncul dengan sebuah ucapan mesra.

tak lama berselang video call dari Randy masuk ke phonecell milik Nia.

"aku mencintaimu Nia. bersediakah kamu...?"

belum selesai Randy bicara, dengan sigap Nia menjawab.

" I do..."

sejak dari itu, dunia seolah berubah. Nia memiliki Randy yang selalu hadir untuk membantunya memikul beban hidup. Nia memiliki teman untuk berbagi. Nia seolah menemukan kembali keceriaan yang sempat terenggut dari hidupnya. meski keduanya terpisah jarak, tapi itu tidak mengendurkan rasa cinta diantara mereka. kadang Nia menjenguk Randy di Jakarta saat akhir pekan. ada kalanya Randy tiba-tiba muncul dihadapan Nia yang sedang sibuk menandatangani berkas. jarak Jakarta - Kediri serasa sangat dekat. semua orang tahu Randy dan Nia sedang jatuh cinta. mereka ikut tersenyum bahagia dan seolah merasakan kuatnya cinta diantara keduanya


********


Randy bermaksud melamar Nia di tahun kedua hubungan diantara mereka. Randy pun mengutarakan niat itu pada wanita pujaan hatinya. tapi seketika Nia terkejut. dia sadar bahwa dirinya sedang dalam pelarian. pun Nia seolah ingin menjauh saat mengingat watak keras mamanya. Nia tidak ingin mengecewakan Randy. namun disaat yang sama Nia tak ingin kehilangan Randy.

dilema besar berdiri ditengah-tengah hubungan Nia dan Randy.



bersambung...........................


Tidak ada komentar:

Posting Komentar