Aji duduk termenung di sudut sebuah ruangan megah. orang-orang berlalu lalang dihadapannya tanpa ia hiraukan. dia hanya terdiam kala wajahnya dipoles penata rias. sekalinya berdiri, ia gunakan untuk memakai pakaian pengantin yang akan ia kenakan pada resepsi pernikahannya, nanti malam.
ya...
perjodohannya dengan salah satu putri mamanya berlangsung malam ini. Rika nama mempelai yang akan menemaninya itu.
seharusnya acara pernikahan dihelat dengan rasa bahagia dihati pengantin maupun mempelai, namun Aji hanya terdiam dan tersenyum kala mendapat sapaan dari panitia pernikahannya.
Rima melihat kegundahan dihati sang adik. sebagai kakak yang sangat dekat dengan Aji, ia pun menghampiri adik tercintanya itu. penata rias yang sedang menghias wajah Aji ia minta sejenak berhenti. Rima duduk dihadapan Aji menggantikan perias itu.
"Aji....." senyum manis menyembul dari bibir manis Rima sembari tangannya mengangkat dagu sang adik.
"ini seharusnya hari bahagia untukku, kak.." bisik Aji pada sang kakak
"kakak tahu..... kakak mengerti" jawab Rima
"seandainya Nasya masih hidup... pasti jalan cerita hidupku tak akan seperti ini, kak" kata Aji
"Aji.... kita tak pernah tahu jalan cerita hidup kita akan seperti apa. tidak fair kalau kamu terus menerus menyesali kepergian Nasya, atau memendam kekecewaan pada Indah yang tiba-tiba menghilang tanpa berita..." kata Rima menjelaskan pada Aji
"lalu aku harus bagaimana, Kak? apa pernikahan ini sesuatu yang fair untuk Aji?" jawab sang adik
"kakak tahu ini mungkin Aji rasa tak fair. tapi cobalah Aji beri kesempatan pada Rika untuk membuktikan bahwa ia memang layak untuk mengisi hari-harimu. mungkin justru Rika lah yang Tuhan siapkan untuk menghapus duka dihatimu.." jawab Rima
lalu Rima memeluk erat sang adik. ia teteskan air mata. ia merasa, ia tak mungkin dapat memeluknya lagi, merasakan sifat manja sang adik dikemudian hari setelah pernikahan ini. Rima tak mampu kuasai diri melepas masa lajang sang adik.
"kakak sayaang sama Aji...... sayang banget.." ucap Rima sembari memeluk Aji.
Aji hanya terdiam. ia tak mampu berkata-kata. Aji berharap apa yang dikatakan kakaknya adalah benar, bahwa Rika dikirim oleh Tuhan untuk membahagiakannya dan menghapus duka dari hatinya. namun kemudian Aji berkata pada kakaknya. sebuah kata yang bagai petir disiang bolong bagi Rima.
"aku bersedia menikah dengan Rika, tapi aku tak mau tinggal disini. Rika dan aku tak boleh menerima bantuan apapun dari mama dan papa, juga orang tua Rika. aku akan mulai segalanya dari nol, kak" kata Aji
"hah....maksudmu apa, Ji?" kata sang kakak sembari melepas pelukan pada sang adik
"iya. Aji akan ajak Rika untuk memulai hidup tanpa orang tua.." kata Aji
"tapi mama dan papa nggak akan setuju dengan ini, Ji. juga orang tua Rika. apa kamu tak memikirkan itu?" jawab sang kakak masih dalam suasana kaget
"apa mama dan papa pernah minta persetujuanku atas pernikahan ini? ngga kan kak? jadi Aji putuskan akan bekerja untuk menghidupi keluarga ini." jawab Aji
"kamu mau kerja apa, Ji? sekarang ini zaman susah.... kenapa tidak kamu jalankan saja bisnis papa yang di Mataram atau rumah makan mama di Semarang?" Rima masih panik dengan rencana sang adik
"nggak.. ini sudah keputusan Aji, kak" kata Aji
"bagaimana dengan Rika? apa ia setuju?" lanjut sang kakak
"harus setuju. ia adalah istriku. harus ikut kata-kataku. sebab sejak ijab kabul nanti, tanggung jawab orang tuanya terhadap Rika telah usai dan berpindah padaku.." jawab Aji tegas.
"Oh my God...... " Rima masih panik dengan rencana sang adik
****
gema musik gamelan bergaung disudut-sudut ruangan yang disulap oleh dekorator yang ditunjuk panitia pernikahan Aji dan Rika, menjadi sebuah ruangan yang asri dan wangi akan bunga. berjajar makanan yang di sajikan dengan tema Jawa, menambah kental aura dari pemilik acara.
saat itulah Aji dan Rika untuk pertama kalinya bertemu. senyum manis Rika disambut dengan senyuman oleh Aji. ia merasa lega. setidaknya tak tampak wajah manja dan pemalas dari wajah Rika, wanita yang akan ia nikahi itu.
"hai..." sapa Rika
"aku deg degan nih.." Rika mencoba membuka percakapan
Aji hanya tersenyum dan memandangnya dengan teduh seolah menenangkannya dengan sikap dewasa dan siap menjadi seorang nahkoda.
satu persatu rangkaian acara ijab kabul selesai dilaksanakan.
Aji dan Rika bergegas ke ruang rias untuk persiapan acara resepsi pernikahannya yang diadakan disebuah hotel. mereka berjalan beriringan. namun saling terdiam. sesekali mata Rika melirik sosok pria yang kini telah resmi menjadi suaminya itu. Aji hanya terdiam, walaupun ia tahu ada sepasang mata sedang memperhatikannya.
setibanya diruang rias, keduanya terpisah. Aji di satu ruang, sementara Rika diruang yang lain.
sementara itu diruangan hotel para panitia sedang bersiap menerima tamu, ada juga yang mengatur catering, menata dekorasi. Rima yang menjadi ketua panitia, sedari tadi teriak teriak mengatur panitia yang menata letak pernik pernikahan.
tepat pukul 3 sore, satu persatu tamu mulai datang.
Aji dan Nasya memasuki ruangan saat MC menyebut mereka dalam sebuah lantunan syair berbahasa Jawa. suara merdu gending perlahan mengiring langkah mereka menuju tempat perjamuan tamu.
seusai serangkaian upacara adat Jawa dilaksanakan, maka Aji dan Rika pun menuju panggung kecil, bersama kedua orang tuanya dan mertua, bersiap menerima ucapan selamat dari para undangan dan sesi foto.
satu persatu tamu undangan menyalami keduanya. hampir seluruhnya adalah relasi kedua orang tua Aji dan Rika. hanya satu dua undangan yang merupakan tamu keduanya. Aji dan Rika hanya bertugas memasang senyum, seolah mereka kenal dan akrab dengan tamu-tamu itu.
sesekali Rika mengusap keringat di dahi Aji. wajah letih nampak jelas di sayu matanya. naluri wanita Rika berkata bahwa ada yang janggal dari tatapan Aji. meski ia baru 2 hari ini bertemu dengannya dan langsung menikah dengannya, namun nampak jelas bahwa cara bicara maupun tatapan matanya seolah memendam sesuatu. namun Rika berusaha menepis itu. Rika tidak ingin menambah beban pikiran suaminya itu.
setelah hampir 3 jam acara dihelat, semua prosesi pun akhirnya selesai dilaksanakan.
Rika melangkah menuruni panggung mini dan menghampiri salah seorang pegawai catering. tak lama kemudian ia datang menghampiri Aji sembari membawa makanan dan minuman.
"ini..." tangan Rika menyodorkan makanan dan minuman untuk Aji
"terimakasih... punya kamu mana?" jawab Aji sambil bertanya balik pada Rika
"sudah.. aku ngga lapar kok" jawab Rika
percakapan keduanya sangat kaku. bisa dibayangkan, 2 hari bertemu dimana sehari salah satunya meresmikan mereka sebagai suami istri. siapapun pasti akan mengalami hal yang sama.
"bagaimana aku harus memanggilmu..?" tanya Rika pada Aji
"terserah.. asal jangan kau panggil aku tante" Aji menjawab sambil bercanda
"iihhhh.... kamu" Rika menjawab candaan Aji dengan cubitan kecil
keduanya berbincang akrab, mencoba mencairkan kekakuan diantara keduanya, mengingat, malam ini adalah malam pertama bagi keduanya......
*****
pagi itu Aji terlambat bangun. rasa lelah benar-benar menyelimutinya. Rika pun tak jauh beda. mereka kelelahan setelah melalui prosesi acara pernikahan mereka, juga malam pertama mereka.
keduanya terbangun oleh dering handphone Aji. tanda alarm yang menunjukkan waktunya ia kuliah, ia lupa mematikannya semalam.
awalnya Aji terkejut ada seorang wanita diranjangnya, begitu juga Rika. namun kemudian kesadaran mereka dapatkan kembali.
"selamat pagi sayang...." sapa Rika
Aji hanya tersenyum. ia merasa risih dengan panggilan itu. entah karena tak pernah ada yang memanggilnya begitu, atau mungkin karena ia merasa belum waktunya seakrab itu sekalipun telah dalam satu ikatan pernikahan.
"kamu mau sarapan apa?" tanya Rika
"kamu bisa masak apa?" jawab Aji
"masak? aku nggak bisa masak. boro-boro, masak mie instan aja gosong..." kata Rika
"trus, ngapain nawarin aku makan?" jawab Aji
"ya kita kan tinggal minta simbok buat masakin, sayang.." kata Rika sambil melingkarkan tangannya ke leher Aji
Aji terdiam.
"ada yang harus kita bicarakan. tapi nanti sepulang dari bulan madu. sekarang kamu mandi dulu, gih.." kata Aji
"ngomong apa sih? sekarang aja ya ngomongnya...." rajuk Rika
"nggak. timingnya ngga tepat.." jawab Aji
"ih...pake rahasia segala. ayo dong sekarang aja..." Rika kembali merajuk
Aji hanya diam sambil berlalu menuju kamar mandi. ia acuhkan Rika yang masih terduduk diranjang. merasa diacuhkan, Rika pun mengejar Aji ke kamar mandi.
"aku ikut mandi....!" kata Rika
"eh...apaan sih kamu...nggak!!" Aji merasa malu
"iihh... pokoknya aku ikut mandi!" Rika ngotot sambil mendorong pintu
"ampun ini anak.... ya udah kamu mandi dulu aja..." kata Aji tersipu
"nggak mau... aku maunya mandi sama Aji. titik" Rika merajuk
Rika menerobos pintu kamar mandi yang setengah terbuka itu dan akhirnya mereka berdua pun mandi bersama. kegaduhan kecil terjadi disana. diselingi tawa kecil Rika maupun Aji. mereka seakan lupa, bahva didalam rumah itu mereka tak sendiri. apa yang mereka lakukan mengundang iri penghuni rumah yang lain..
*****
tiket pesawat maupun hotel yang akan membawa Aji dan Rika menuju tempat berbulan madu telah mereka dapatkan. dan sesuai hari yang tertera di tiket pesawat, mereka pun berangkat menuju pulau Nias. selama seminggu mereka dijadwalkan akan menghabiskan hari-harinya disana.
dengan diantar rombongan keluarga, mereka berangkat menuju bandara.
setelah melalui beberapa check point dan pembayaran pajak penerbangan, mereka pun duduk nyaman di dalam ruang tunggu. ternyata penerbangan yang akan membawa mereka kesana delay akibat cuaca buruk.
"foto-foto yuk..." kata Rika
"aku upload ya..." lanjut Rika
Aji membiarkan Rika menikmati perjalanan bulan madu ini. karena setelah semua ini, ia akan menjalankan rencana besarnya.
akhirnya penerbangan yang mereka tunggu pun dinyatakan siap. cuaca telah membaik. dan rasa jenuh yang membuncah itupun segera berganti kebahagiaan. Rika menggamit tangan Aji, menggandengnya menuju kedalaam pesawat. Rika berjalan dengan riang sekali, seolah ingin memberitahu semua orang bahwa mereka adalah pasangan suami istri.
setelah menemukan letak tempat duduk, mereka pun berbincang-bincang.
"nanti kita langsung ke danau ya..." Rika memulai pembicaraan
"hah.... trus barang-barang kita mau dikemanain?" jawab Aji bingung
"ya kita ke hotel dulu lah sayang.... ih, nyebelin...." kata Rika manja
"hehehehe....." Aji tertawa kecil
Aji dan Rika sadar bahwa mereka dipersatukan dalam tempo yang sangat singkat. karena itulah setiap momen yang dapat menyatukan pikiran mereka tak akan disia-siakan. mereka saling belajar. mereka saling mencari tahu tentang sifat dan kebiasaan masing-masing. dan saling belajar mengerti tentang satu sama lain.
*****
udara Gunung Sitoli tempat Aji dan Rika berbulan madu terasa begitu sejuk. matahari terbit diantara pepohonan trembesi yang berkerumun di depan hotel. kamar hotel yang mereka tempati tepat menghadap ke barat, sehingga saat senja terlihat indah sekali pendar bebukitan yang membentuk sebuah siluet. hanya saja kendaraan umum di sekitar Gunung Sitoli sangat susah. sehingga untuk berkeliling dan berwisata, Aji terpaksa meminta bantuan hotel untuk mencarikan tempat persewaan kendaraan. karena tidak dapat, akhirnya Aji menyewa motor milik salah satu karyawan hotel untuk berwisata.
Rika berkeinginan ke pantai. beruntung Gunung Sitoli ini dekat dengan Teluk Dalam yang melewati perbukitan dan pantai untuk menuju Nias Selatan. Aji dengan bermodal GPS memberanikan diri mengelilingi daerah itu. udara dingin malam di jalanan menuju Teluk Dalam terasa sangat menusuk tulang. Rika merapatkan tangannya yang melingkar di pinggang Aji.
"ini arah kemana? jauh banget...." Rika berbisik pada Aji
"mana aku tahu.." Aji menjawab santai
"hah...! gimana sih... nanti kalau tersesat gimana? kalau ada rampok gimana...? aaaaa....... pulaaang" Rika merajuk manja setengah ketakutan
"kuno amat sih, kan ada GPS...kalaupun tersesat masih di Indonesia juga kan..? Aji menjawab Rika dengan cuek
"di Indonesia sih di Indonesia.... tapi aku takut..." Rika menjawab dengan jengkel
"tenang aja.... aku bukan banci" jawab Aji
"maksudnya....?" tanya Rika
"aku nggak akan lari ninggalin kamu kalau ada apa-apa.. udah ah bawel amat..." jawab Aji
tak lama kemudian Aji sampai di tepian pantai.. dari sudut perbukitan kecil terlihat indah sekali kilau air laut yang tertempa cahaya bulan yang kebetulan sedang purnama.
"Aku boleh nanya ngga..?" Rika memecah keheningan
"nggak...." jawab Aji singkat
"iiiiihhh.... bisa nggak sih nggak nyebelin sekali aja..." Rika bersungut-sungut
"hahahahaha.... kamu juga sih mau tanya aja pake nanya segala. tanya aja..." jawab Aji sambil menyulut rokok
"kamu udah pacaran berapa kali..?" tanya Rika
"penting ya...? jawab Aji
"udah jawab aja... aku pengen tahuuu" Rika merengek
"ogah ah... tanya yang lain aja..." jawab Aji
"tuh kann..." Rika menyelidik
"apa pentingnya sih buat kamu? toh sekarang kita suami istri" Aji masih enggan menjawab
"iya, tapi kita kan ngga pacaran. gimana aku bisa tahu tentang kamu, masa lalu kamu kalau aku ngga nanya begini.." Rika menjelaskan
"ya nanti kan kamu tahu sendiri kan..." Aji belum mau terbuka
"bagi aku ini sangat penting sayang.... aku harus tahu kehidupan masa lalumu, agar aku dapat menghindari kesalahan yang sama di masa datang.." jawab Rika sembari menarik wajah Aji agar menatap matanya
"oke.... resminya, aku cuma sekali pacaran" jawab Aji
"resminya? berarti kamu punya pacar yang ngga resmi dong..?" Rika mengomel
"bukan... aku ngga mau pacaran lagi setelah pacar pertamaku pergi" jawab Aji
"pergi..?" selidik Rika
"iya.... dia meninggal dunia karena hemofilia" jawab Aji
"maaf.....aku ngga bermaksud..." Rika menyesal
"ngga papa, pada akhirnya juga kamu harus tahu.." jawab Aji
"dia adalah cinta pertamaku. namanya Nasya. kami bertemu dan berpacaran semasa SMP dulu. tapi itu tidak lama, karena Tuhan berkehendak lain...penyakit hemofili menggerogotinya. hingga suatu siang, Nasya meninggal di pelukanku....." jawab Aji sembari menghela nafas dalam dalal
"lalu aku sempat dekat dengan seorang teman SMA, namanya Indah.... sifat dan wajahnya mirip Nasya. tapi belum sempat kami pacaran, tiba-tiba Indah menghilang entah kemana..." Aji melanjutkan
"maafin aku ya sayang.. aku cuma ingin menghindari hal negatif mantan-mantan kamu aja, aku ngga mau bikin kamu kecewa, cuma itu maksud pertanyaanku. tapi aku ngga nyangka kisah kamu seperti itu..." Rika mencoba menetralkan situasi
"lihat itu..." Aji menunjuk sebuah bintang yang bersinar sangat terang
"itu namanya bintang utara. kamu tahu, bintang itu adalah satu-satunya bintang yang konstan. ia menjadi semacam penunjuk arah bagi nelayan dimasa lalu sebelum diketemukan GPS.." Aji menjelaskan pada Rika
"trus kenapa...?" tanya Rika
"bintang adalah sisa sisa puing jagad raya saat terjadi tumbukan besar, menurut teori penciptaan. dan bintang utara bermanfaat untuk manusia sebagai penunjuk arah. sama persis seperti matahari yang berguna untuk menunjukkan arah barat dan timur. seperti itu juga masa lalu... kita hanya dapat melihatnya sebagai penunjuk arah bagi kita melangkah menuju masa depan. kita tak perlu menyesali atau meratapinya. biarkan saja semua ada seperti seharusnya...." Aji menjelaskan kedudukan masa lalunya itu terhadap kehidupan sekarang
sepanjang malam, Aji dan Rika menikmati indahnya malam di perbukitan diantara pantai dan pegunungan menuju Gunung Sitoli.
Perlahan sikap respek dan saling menghormati tumbuh dihati sepasang suami istri muda itu. mereka belia. tapi sikap dan pandangan Aji yang selalu optimis dan visioner menjadikan Rika semakin mengerti akan karakter suaminya itu.
******
masa bulan madu telah berlalu. Aji dan Rika kembali ke kehidupan mereka. rasa senang menyelimuti keduanya setelah menghabiskan masa-masa bulan madu yang penuh makna di pulau Nias.
"sayang.... katanya mau membicarakan sesuatu sepulang dari bulan madu. apa itu..?" ujar Rika pada suaminya suatu sore
"kamu lihat sarang burung itu..." tunjuk Aji pada sebuah pohon
"eh iya... ada sarang burung..." Rika meng iya kan suaminya
"burung itu bebas membesarkan anak-anaknya, mengajarinya terbang dan mencari makan...lalu kemudian membiarkan anaknya menjelajah angkasa dengan sayap-sayapnya... bahkan mungkin tak akan pernah berjumpa lagi dengan induknya" Aji menerawang
"lalu apa hubungannya dengan pembicaraan kita?" tanya Rika
"Rika..... kita telah menikah. aku berpikir tugas orang tua kita untuk mengasuh dan membesarkan kita telah berakhir pada titik ini.." jawab Aji
"aku ngga mengerti maksud kamu, sayang... bisa lebih spesifik?" kata Rika
"aku ingin kita keluar dari rumah orang tua kita, dan belajar hidup mandiri sebagai suami istri. aku tahu mungkin ini berat untukmu yang terbiasa ada, tapi apakah kita tidak malu dengan burung kecil diatas pohon itu yang berani menjelajah angkasa sekalipun ia baru belajar terbang..." terang Aji
"aku setuju sayang.... aku adalah istrimu. apapun yang kamu pikir itu terbaik untuk kita, aku akan selalu mendukung" jawab Rika
"hah..... kamu serius? meski kamu akan kehilangan semua ini?" Aji ragu
"ya... sejak awal aku percaya, bahwa kamu adalah orang yang Tuhan pilihkan untukku. dan aku yakin ini tepat" Rika meyakinkan Aji
"sekalipun aku belum tahu akan bekerja apa untuk menghidupimu?" jawab Aji
"iyaa sayaang...." jawab Rika
"tapi satu hal aku minta sama kamu.." lanjut Rika
"apa itu?" jawab Aji
"kamu tahu aku tidak bisa memasak. aku harap kamu bisa menerima apapun yang aku masakkan nantinya untukmu, ngga boleh protes...hehehehehe" kata Rika
"terima kasih Rika..." jawab Aji
sejak saat itu perjalanan hidup yang sangat berliku dan tajam mereka lalui. mereka benar-benar meninggalkan semua kemewahan dan kenyamanan sewaktu tinggal bersama orang tua. Aji dan Rika merintis jalan sendiri, bukan jalan yang telah ada dan disiapkan oleh orang tuanya. Rika, meski baru mengenal suaminya, tapi ia tahu dan mengerti, bahwa visi suaminya itu sangat besar. ia jalani hidup sebagai istri. belajar memasak. dan 5 tahun kemudian dikaruniai seorang anak. pergulatan hidup mereka jalani berdua. manisnya hidup mereka kecap, meski tak jarang tajam belati siap menghadang dan bahkan melukai mereka. tapi itu sudah menjadi kebulatan tekad mereka, dalam menggapai sebuah mimpi yang selalu Aji yakini kebenarannya.
namun sebelum Aji meninggalkan rumah untuk memulai hidup baru bersama Rika, ia membawa sebuah kotak kecil berisi puisi-puisi yang ia ciptakan bersama almarhumah Nasya. di tengah sebuah danau Aji berjanji pada Nasya, akan membacakan puisi-puisi itu pada sebuah panggung yang megah suatu saat nanti. lalu aji menceburkan kotak itu kedasar danau. Aji tenggelamkan semua masa lalu dan kenangannya bersama kotak itu.
"aku pamit, Sya..... suatu saat mimpimu akan aku wujudkan. aku akan bacakan puisi-puisi kita dihadapan semua orang. tapi maaf, Sya...... aku harus melangkah sekarang. semoga kau tenang disana.." ucap Aji sambil melepas kotak itu untuk menghuni dasar danau, selamanya.
sekian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar