ini dunia imajinasiku | tertumpah dalam barisan aksara | jembatan mimpi dan realita... selamat membaca
Kamis, 02 Februari 2012
Lisa...
teng teng teng teng
bunyi bel tanda pulang sekolah ini memekakkan telingaku. cuaca panas dan terik ini memaksaku menengadah dan memaki langit.
dijalanan pun berjubel kendaraan telah berhasil memaksaku terpanggang matahari meski tak terasa panas, karena ac mobil, tapi tetap aja membikin aku pegal dan capek luar biasa....
setiap hari harus aku saksikan drama kemacetan ini dan sekali waktu raungan mobil patroli mengejar siswa yang sedang tavuran. semua ini membuatku semakin pesimis dengan masa depanku sendiri.
rutinitas yang selalu mengurungku, dari satu tempat les ke tempat les lainnya.
dirumah pun tak jauh beda.
bapak dan ibu tak pernah ada. mereka sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. kadang pulang. kadang hanya kudapati uang titipan.
jujur aku butuh kasih sayang dan kehangatan sebuah keluarga. tak sekedar materi.
hanya mbok imah yang menemani aku sedari kecil hingga sebesar ini. mbok imah inilah yang merawatku. bahkan aku anggap dia ibuku sendiri. bagaimana tidak, aku lebih sering tidur dipangkuan mbok imah daripada ibuku sendiri.
ahhhh......
"Den...."
"Den bagus.... ayo bangun"
suara mbok imah membangunkanku dari lelap tidur siangku.
"mbok..... namaku itu Rudi, bukan den bagus" gerutuku
"hehehe...iya den, simbok soalnya kebiasaan manggil gitu. nanti kalau ketahuan ndoro putri saya manggil Rudi, bisa-bisa simbok dipecat..." kata simbok sambil memijat kakiku.
enak banget pijitan itu..
"pokoknya nggak..! kata guru karawitan, den bagus itu artinya tikus..... emang simbok mau menyamakan aku dengan tikus...??" terangku pada simbok
"hahahahha.....oalah den..den... simbok ini yang merawat den bagus sejak masih merah.. masa iya mau menyamakan den bagus dengan tikus...." tawa simbok renyah menghiburku
"pokoknya simbok harus memanggilki Rudi, titik. urusan ibu nanti jadi urusanku, simbok ndak usah takut" jawabku
"ya sudah den Rudi. ayo mandi.. sekarang waktunya les matematika. itu gurunya sudah datang. cantik banget.." kata simbok
"hah..? siapa yang minta les matematika? nggak ah.... aku nggak mau, mbok" jawabku
"lho, itu ndoro putri yang datangkan. kemarin ndoro putri lihat nilai ujian matematika den Rudi yang jelek, lalu ndoro putri mendatangkan guru les itu.." kata simbok menjelaskan
"aduuuh.... kenapa bukan ibu aja sih yang ngajarin aku... pake guru privat segala!!" ujarku sedikit kesal
"den Ba...eh...den Rudi yang sabar. itu bukti sayangnya ndoro putri pada den Rudi...den Rudi ndak boleh begitu..." mbok imah menenangkan aku dengan logatnya yang medok
"kalau sayang, kenapa nggak pernah ada dirumah..? aaahhh... udahlah mbok, aku mau les, tapi cuma kali ini aja. besok atau lusa, biarin guru itu datang untuk ambil gajinya, tapi ndak usah kasih aku les..." ucapku sambil menyambar handuk di pundak simbok
**
hem lengan pendek dan celana jeans 3/4 telah membalut tubuhku. dengan mengambil buku sekenanya, aku turun dari kamarku dan menemui guru les yang kata simbok cantik.
"secantik apa sih selera simbok.."
kataku dengan sedikit rasa kesal yang tersisa dihati.
"hai.... aku Lisa. ibu kamu yang memintaku datang kesini untuk belajar matematika bersama kamu"
sapa wanita itu. tapi...... usianya sebayaku....
"mana guru lesnya..?" tanyaku pada Lisa
"guru?" Lisa balik tanya padaku
"iya, guru.. simbok tadi bilang ada guru les matematika.." jawabku
Lisa tersenyum melihatku keheranan.
"ngga ada guru Rudi. aku disini cuma ingin belajar bersama kamu.. kebetulan aku sedikit mengerti tentang matematika, tapi nggak lebih banyak dari kamu kok.." kata Lisa
"oohh gitu..." jawabku sambil mengangguk
tapi benar kata simbok. ternyata selera simbok tentang wanita cantik lumayan juga. Lisa sangat cantik dengan rambutnya yang mengikal seperti boneka. juga matanya... teduh sekali aku menatapnya. tapi aku tidak boleh tampak menyukainya. bisa jatuh harga diriku.
"oke.. trus sekarang kita ngapain..? tanyaku ketus
Lisa tersenyum lagi..
tangannya menepuk sofa disebelah tempat ia duduk.
aku pun menghampirinya.
"Rudi mau langsung belajar..?" tanya Lisa
"bukannya kamu kesini untuk itu? jawabku
"iya... tapi gimana mau belajar kalau kamunya seperti itu..?" kata Lisa
"seperti ini gimana..?" tanyaku
"ya jutek dan ngga comfort sama aku.." jawab Lisa
"trus..?" tanyaku
"kita jalan-jalan aja dulu, yuk.." kata Lisa
"tapi...." belum selesai aku menjawab, Lisa sudah menarikku keluar menuju motornya
"kita mau kemana ini?" kataku sedikit panik
"udah ikut aja. banyak tanya kamu, kayak anak kecil aja..." jawab Lisa
tak beberapa lama, kami sampai pada sebuah tempat. aku tak tahu itu apa, karena aku sendiri tak pernah bepergian jauh. disini tempatnya luas dan asri.
"tempat apa ini, Lis..?" tanyaku pada Lisa
"ini tempat favoritku kalau lagi pengen sendiri.. tenang banget, Rud. kamu suka ngga?" jawab Lisa
"asik sih disini, rindang dan sejuk. cuman, mau ngapain disini? ngga ada apa-apa...." jawabku
"hahahaha..... kalau mau rame ya di cafe aja kali, Rud" canda Lisa sambil melirikku
kami bercengkrama disana cukup lama. kami belajar saling mengenal. sampai akhirnya aku merasa nyaman berada didekatnya.
****
waktu terus berjalan.
hari berganti minggu..
berganti bulan...
setahun sudah Lisa menjadi guru les privatku. hari-hari kuhabiskan bersamanya. selalu ceria. sama sekali tak ada duka..
suatu ketika aku diajaknya ketempat favoritnya. entah kenapa dia tiba-tiba saja membawaku kesana. saat itu aku berniat untuk memintanya menjadi kekasihku. aku merasa nyaman didekatnya.
sesampainya ditempat itu, dia bercerita tentang sebuah kisah.
"Rud, tahu ngga... aku punya dongeng. kamu dengerin ya..." pintanya
"dongeng apa?" tanyaku
"dulu.... ada seorang putri cantik yang ingin sekali dinikahi oleh seorang pangeran. tapi pangeran yang dalam angan-angannya bukan pangeran sembarangan, melainkan seorang pangeran yang mampu merangkai kata-kata, merangkai puisi indah..." kata Lisa
"setelah sekian lama putri itu menunggu, akhirnya datanglah seorang pria tampan, bukan bangsawan, tapi ia pandai sekali merangkai kata. ia bertemu dengan pria itu secara tidak sengaja disebuah tepian sungai. saat itu sang putri sedang bermain biola, dan disaat bersamaan pria itu mengisi alunan dawainya dengan kata-kata yang bagus banget.." lanjutnya
"lalu sang putri memanggilnya untuk bertanya pada pria asing itu, tapi pria itu menghilang...." kisah Lisa.
"setiap senja sang putri bermain biola ditepian sungai yang sama, berharap pria itu datang kembali. tapi pria misterius itu tak pernah lagi muncul.. lalu pada suatu ketika, sang putri putus asa.. ia bermain biola dengan nada-nada yang sangat pilu.." kisah Lisa sambil menerawang
"saat itulah sang pria misterius muncul kembali dan menyairkan sajak yang tak kalah pilu.. seketika itu sang putri berlari mengejarnya. saat berjumpa secara langsung, sang putri tak menyia-nyiakan waktu, ia pun bertanya padanya: hai kisanak...siapa engkau sebenarnya?... lalu sang pria asing menjawab: aku adalah pria biasa, tak perlu putri mengenaliku... sang putri kembali bertanya: tapi kau mampu mengisi petikan dawaiku dengan puisimu yang menyentuh... pria asing itu menjawab: aku hanya mengatakan yang hatiku rasakan atas bait-baitmu bunyikan. karena aku mendengar dengan hati dan bicara dengan hati... sang putri bertanya lagi: bolehkah aku memintamu untuk hidup bersamaku?... lalu pria itu menjawab: tidak. bukankah kau pernah berujar akan mencari pangeran yang pandai berpuisi, sementara aku bukanlah pangeran... putri itu terdiam lalu berkata: aku harus bagaimana, sementara dalam dirimu aku temukan sesuatu yang aku perlu.." cerita Lisa terhenti sejenak untuk minum.
"kamu tahu ngga Rud, ternyata pria itu adalah seorang malaikat. dia turun ke bumi karena mendengar petikan dawai sang putri.. sebenarnya malaikat itu jatuh cinta pada putri. bahkan karena saking cintanya pada sang putri, pria misterius itu akhirnya meminta kepada Tuhan untuk dijadikan manusia biasa agar dapat hidup bersama sang putri. akhirnya permintaan pria itu dikabulkan Tuhan. ia pun menjadi manusia dan tak dapat lagi berubah menjadi malaikat. tapi bencana terjadi diluar kuasa setiap makhluk. sang putri meninggal dunia... pria itu pun sedih luar biasa. sampai ajal menjemputnya. tapi ia bahagia, bisa mengenal wanita yang ia cintai, walau hanya sekejap" tutup Lisa
"hehe....gimana? bagus ngga? kata Lisa
"ngga...hahahaha" candaku
"iihhh jahat..." kata Lisa berusaha mencubitku, tapi aku lari dan kamipun berkejaran mengelilingi taman itu berdua, lepas dan tanpa beban.
sejurus kemudian aku terjatuh dan Lisa berusaha membantuku. tatapan matanya yang teduh itu berubah menjadi tatapan penuh perhatian, penuh kekhawatiran.
"kamu ngga apa-apa? apanya yang sakit?' kata Lisa
"ngga apa-apa kok. cuma terkilir aja" jawabku
"kita ke dokter ya?" kata Lisa lagi
"ngga usah ah.. aku ngga apa-apa kok" jawabku
"aduuh, ntar aku yang kena marah ibumu.." kata Lisa lagi
"udahlah... percaya deh sama aku" jawabku menenangkan
"Lis..." kataku pada Lisa
"iya..." jawab Lisa
"boleh aku ngomong sesuatu sama kamu?" kataku singkat.
"apa...?" jawab Lisa
"aku mencintaimu, Lis. maukah kamu...." kataku tapi dipotong Lisa
"ngga Rud.. aku ngga bisa..." kata Lisa
"kenapa Lis?" tanyaku
"tidakkah kamu lihat jurang perbedaan diantara kita yang begitu dalam? aku anak orang biasa, sementara kamu..." jawab Lisa
"Lisa.... berhentilah menghakimiku seperti orang-orang. aku juga manusia biasa. sama seperti kamu. aku juga berhak atas pilihan hatiku. dan hatiku telah memilih kamu sebagai orang yang aku cinta.." kataku
"ngga Rudi... aku ngga bisa.. aku disini hanya untuk menemanimu belajar. ngga lebih" kata Lisa
"Lisa... aku tidak pernah minta dilahirkan dalam keluarga ini. tapi Tuhan mengirimku pada keluarga ini. dan aku yakin Tuhan pula yang telah mempertemukan kita." kataku pada Lisa
".............." Lisa terdiam membisu
"kalau aku balik..... kamu diposisiku, apakah kamu akan tetap berbuat serupa, menolakku karena hanya manusia tanpa harta?" jelasku pada Lisa
"picik sekali jika jawabanmu iya....menilai orang hanya dari status sosial yang disandangnya.." lanjutku
"Rudi..... aku pun mencintaimu. tapi beban yang aku tanggung saat ini sudah cukup berat. aku tidak mau menambah lagi beban dengan mendengar omongan miring orang-orang jika aku bersamamu..." kata Lisa
"bisakah kamu sekali saja mendengar suara hati kamu, dan menutup telinga dari mulut orang-orang yang bahkan tak perduli kamu ada atau tiada.." aku coba menjelaskan pada Lisa
"aku mencintaimu, Lisa..." lanjutku sambil meraih jemari tangannya
Lisa terdiam. lalu menatapku dalam-dalam..
"apakah kamu akan tetap mencintaiku saat bahagia tak menyelimuti kita...? apakah cinta masih menjadi bahasamu ketika kita sedang berbeda..?" Lisa bertanya dengan serius
"aku akan mencintaimu, suka ataupun duka.... aku mencintaimu sedalam cintamu padaku, Lisa" jawabku
Lisa tak menjawab apapun. hanya memelukku dan berkata: "jangan pernah kau lukai hatiku, Rud. jadilah malaikat pelindungku selalu........"
*****
tak terasa perjalanan asmara kami telah menginjak tahun keenam...
kamipun memutuskan untuk menikah. beruntung bapak dan ibu berhasil aku rayu untuk menyetujui kami, sekalipun awalnya menentang dengan keras. tapi karena aku adalah anak satu-satunya, maka mereka ingin melihatku bahagia.
kehidupan pernikahan kami begitu indah. penuh cinta.
Lisa selalu menghadirkan cinta disetiap langkahnya. menerangi hatiku yang dulunya hanyalah anak manja kesepian.
hingga disuatu malam yang hening, aku mendengar Lisa mual-mual.
aku sangat khawatir. tapi ibu mengatakan bahwa mungkin Lisa sedang mengandung. alangkah berbunga hatiku saat itu. berharap perkataan ibu benar.
kamipun memeriksakan Lisa ke dokter keesokan harinya.
ternyata Lisa mengidap kanker ganas.
penyakit itu pula yang mengharuskan Lisa menjalani kemotheraphy setiap minggu.
hatiku hancur berkeping-keping.
rambut indah Lisa yang seperti boneka barbie itu satu persatu rontok. juga bulu alisnya. semua rontok karena panasnya pengobatan itu.
yang tersisa hanya senyum manisnya.
ya Tuhan........
pada suatu malam Lisa berkata padaku:
"sayang, sebentar lagi aku akan pergi meninggalkanmu. meninggalkan cintamu yang begitu besar kepadaku. bolehkah aku meminta satu hal kepadamu..?" kata Lisa
"ngga....Lisa, kamu ngga boleh ngomong gitu.....kamu akan sembuh" jawabku
Lisa tersenyum lalu melanjutkan kata-katanya:
"sayang.....aku minta satu hal saja. aku ingin pergi ke Eropa. aku ingin merasakan dinginnya salju disana, lalu berpakaian seperti seorang putri yang sedang menunggang kuda. maukah kau mewujudkannya...?" pinta Lisa
"apapun yang kamu pinta adalah kewajibanku untuk mewujudkannya..... tapi kamu juga harus berjanji untuk tetap hidup, menemani aku sampai tua..." jawabku.
tanpa terasa air mataku menetes saat memeluk tubuhnya yang sangat kurus itu..
...... dia adalah orang yang sangat aku cintai.......
*****
paspor dan visa untuk kami berdua telah siap.
ibu dan bapak ikut mengantar kami ke Eropa.
sesampainya disana, kami menempati sebuah rumah yang telah ibu belikan beberapa minggu sebelum keberangkatan kami.
Lisa terlihat sangat bahagia. mimpinya untuk merasakan dinginnya salju terwujud.
setiap pagi, dengan memawai sweater, kami berjalan-jalan melalui hutan pinus yang selalu mengeluarkan aroma khas. kami bercengkerama seolah Lisa baik-baik saja. dia diatas kursi roda, sementara aku dibelakangnya.
Lisa berkata padaku: "sayang... terima kasih ya, kamu sudah menjadi pangeran dalam hidupku. maaf aku tidak bisa menjadi putri yang sempurna untukmu.."
aku pun menjawab: "tidak sayang, kamu telah menjadi wanita paling sempurna yang Tuhan kirim untukku.."
kami pun kembali berjalan menikmati udara pagi..
tapi pagi itu, tiba-tiba saja Lisa terdiam saat kami bercengkerama ditengah hutan.
dia membisu tak menjawab kata-kataku.
aku lihat wajahnya pucat dan hidungnya mengluarkan darah berwarna agak kehitaman.
tanpa pikir panjang, aku menggendongnya dan melarikannya kerumah sakit terdekat di Kota Brussels.
tapi terlambat....
Lisa telah pergi. padahal kami merencanakan pesta ulang tahun pernikahan dimana dia akan mengenakan pakaian seorang putri.
tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. dia meninggal tepat sehari sebelum ulang tahun pernikahan kami.
aku merasa sedih karena gagal mewujudkan salah satu mimpinya yang selalu ia inginkan sejak dulu. aku merasa telah kehilangan seluruh hidupku. karena sejatinya dialah hidupku.
aku hanya bisa berkata dalam diam: "Tuhan....terlalu cepat Kau panggil dia"
sekian
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar